Sabtu, 29 Maret 2008

Peran Asam Linoleat, Zink, Cuprum dan Magnesium untuk Bayi

  • Asam Linoleat

Sindrom kekurangan lemak makanan pertama kali ditemukan dan ditulis oleh Burr dan Burr pada tahun 1929. mereka mengemukakan bahwa diantara asam lemak ada yang esensial untuk tubuh yaitu asam linoleat (18:2 φ-6) dan asam linolenat (18:3 φ-3). Dikatakan esensial karena dibutuhkan tubuh, sedangkan tubuh tidak mensintesanya. Kedua jenis lemak ini dibutuhkan untuk pertumbuhan dan fungsi normal semua jaringan. Masing – masing mempunyai ikatan rangkap pada karbon ke-6 dan ke-3 dari gugus metil. Kekurangan asam lemak esensial pada tikus percobaan menimbulkan sebagai berikut : kulit mengalami dermatitis dan eksema, pertumbuhan terhambat, reproduksi terganggu, degenarasi atau kerusakan pada banyak organ tubuh dan kerentaan terhadap infeksi meningkat. Percobaan – percobaan pada bayi dengan pemberian formula yang mengandung asam linoleat kurang dari 0,1% jumlah energi makanan total, menunjukkan gejala pada kulit seperti terlihat pada tikus. Gejala ini hilang bila ditambahkan asam linoleat pada makanannya. Kebutuhan anak akan asam linoleat adalah 2% dari kebutuhan energi. Bayi yang mendapat ASI tidak akan kekurangan asam linoleat, karena 6 – 9% kandungan eneri total ASI adalah asam linoleat. Kekurangan asam lemak esensial akan terjadi bila bayi diberi susu tanpa lemak (susu skim) (Almatsier, 2003).

  • Zink

Fungsi utama zink yang banyak disorot akhir – akhir ini adalah sebagai zat gizi yang membantu pertumbuhan balita. Pertumbuhan bayi laki – laki yang diberi makanan formula yang disuplementasi dengan zink lebih tinggi daripada pertumbuhan bayi yang diberi makanan formula yang sama tetapi tidak disuplementasi dengan zink (Walravens dan Hambidge, 1976 dalam Riyadi 1992). Hal ini terkait dengan kemampuan zink untuk sintesis DNA dan RNA. Selain itu zink berfunsi untuk kekebalan dan bagian dari lebih 200 jenis enzim, oleh karena itu zink penting bagi berbagai fungsi, termasuk pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi, fungsi sensori, perlindungan antioksidan dan stabilisasi membran.

Defisiensi zink mungkin terjadi akibat intake yang tidak cukup dan ketersediaan biologis zink makanan yang rendah, yang dihubungkan dengan intake serat makanan, polifosfat, besi, tembaga dan fitat yang tinggi. Disamping itu, defisiensi zink juga dapat diakibatkan oleh kesehatan (Gibson, 1990).

Ada hubungan antara kadar zink serung dan hambatan pertumbuhan anak. Kadar zink serum mempunyai peran yang sangat penting terhadap pertumbuhan anak terutama apabila diukur dari berat badan menurut umur dan tinggi badan (panjang badan untuk bayi) menurut umur. Defisieni zink merupakan salah satu faktor yang dapat menghambat pertumbuhan anak, terutama pada bentuk hambatan tingkat sangat berat (gizi buruk) dan berat (gizi kurang).

Kebutuhan zink untuk bayi <>

  • Cuprum (tembaga)

Mineral ini diperlukan pada utilitas besi simpanan dan besi yang diperoleh dari makanan pada konversi menjadi hemoglobin. Jumlah yang dibutuhkan tidak banyak. Perbandingan tembaga dan besi 1 : 10 dianggap optimum untuk menaikkan kadar hemoglobin. Tembaga sudah terdapat pada hati bayi baru lahir. Umumnya makanan bayi mengandung cukup tembaga untuk kebutuhannya.

Defisiensi cuprum (tembaga) dibuktikan dapat menyebabkan gangguan respons imun. Fungsi sistim retikulo endotelial tertekan dan aktivitas mikrobisidal sel fagosit terganggu. Hal ini berhubungan dengan dalam peran cuprum (tembaga) sistim superoksid dismutase dan enzim sitokrom oksidase. Juga didapatkan penurunan respons antibodi terhadap antigen sel T dependen.

Defisiensi cuprum (tembaga) juga dapat terjadi pada bayi lahir prematur atau bayi yang mendapat susu sapi yang komposisi gizinya tidak disesuaikan. Defisiensi cuprum (tembaga) dapat mengganggu pertumbuhan dan metabolisme, disamping terjadi demineralisasi tulang (Almatsier, 2003).


  • Magnesium

Seperti halnya dengan fosfor, mineral ini diperlukan bayi pembentukan tulang dan terdapat pula pada jaringan lunak. Magnesium merupakan bahan esensial dari cairan sel. Keperluan akan magnesium tidak diketahui, akan tetapi susu ibu mengandung cukup magnesium bayi kebutuhan bayi.

Kalsium dan magnesium adakalanya bekerja antagonis akan tetapi kadang-kadang dapat saling menggantikan. Pemberian kalsium dapat menghilangkan depresi pernafasan akibat magnesium, tetapi kedua mineral tersebut dapat menghilangkan gejala tetani.

Tidak ada komentar: